Seorang
anak sekolah SMK Negeri 7 Semarang bernama Zulfa Nur Rahman diminta membuat
surat pernyataan yang isinya kalau ingin naik kelas maka ia harus mau berpindah
ke agama Islam. Ia adalah seorang anak pengikut penghayat kepercayaan Tuhan
Yang Maha Esa yang memiliki KTP (-) dan ayahnya bernama Taswidi.
“Pada hal rapotnya saja belum dikasihkan tapi yang
bersangkutan diminta membuat surat pernyataan untuk masuk Islam kalau mau naik
kelas,” kata Margono yang juga merupakan pengikut penghayat kepercayaan
terhadap Tuhan YME yang ber-KTP (-) di Semarang kepada netralitas.com, Minggu
(24/7). Zulfa saat ini duduk di kelas XI SMK Negeri 7 Semarang.
Ada tiga opsi yang diberikan kepada Zulfa :
1. Naik kelas tapi harus pindah sekolahan.
2. Masih boleh sekolah di SMK Negeri 7 Semarang
dengan syarat mengikuti dan masuk agama Islam, Ia akan disyahadatkan dan
disaksikan oleh orang banyak.
3. Naik kelas tetapi masuk Islam dan mengikuti
pelajaran baik teori dan praktiknya.
Margono menyatakan pihak orang tua akan menggugat
kebijakan sekolah yang diskriminatif ini tetapi kesulitan mencari pengacara
yang mau berpihak pada pengikut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
“Beragama dan berkepercayaan adalah hak asasi manusia setiap WNI. Negara ini
berdasarkan Pancasila dan bukan negara hanya untuk agama tertentu,” kata
Margono.
Mendapat
tindakan pemaksaan yang sangat diskriminatif tersebut Siswa Kelas XI SMK Negeri
7 Semarang, Zulfa Nur Rahman akhirnya tak naik kelas. Ia tidak naik kelas
karena menolak masuk agama Islam sehingga sekolah enggan memberikan nilai atas
pelajaran agama. Ia lebih memilih tinggal kelas dari pada harus masuk islam.
“Kepala Sekolah dan seluruh guru SMK Negeri 7
Semarang memutuskan anak tersebut tidak naik kelas.
Zulfa
Nur Rahman menolak masuk Islam sehingga nilai agamanya kosong,” kata pengikut
penghayat kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa di Semarang, Margono kepada
netralitas.com, Selasa (26/7). Anak tersebut setelah berdiskusi dengan orang
tuanya memilih lebih baik tidak naik kelas dibandingkan harus masuk agama Islam
sesuai yang dikehendaki sekolah. “Saya bangga dengan anak ini karena memiliki
karakter dan teguh terhadap prinsip karena agama atau kepercayaan itu adalah
masalah paling hakiki,” ujar Margono.
Ia menyebutkan selain pelajaran agama, Zulfa Nur
Rahman memiliki nilai akademiknya termasuk baik. Ia hanya memperoleh satu nilai
C sedangkan nilai-nilai pelajaran lainnya mayoritas B dan beberapa pelajaran
mendapatkan nilainya A. Sekolah mau memberikan nilai agama dengan syarat ia
masuk Islam dan disyahadatkan dengan cara disaksikan oleh orang banyak.
Tindakan seperti ini sungguh sangat tidak bisa diterima oleh nalar. Apakah ini menjadi program dinegara ini? Kenapa harus islam?
Perbuatan seperti ini harus segera ditindak oleh negara dan hukum, Negara harus hadir membela Zulfa yang mengalami perbuatan Diskriminatif yang bernuansa SARA.
Sumber : Netralitasdotcom Sigit Wibowo (sigitwibowo@netralitas.com)
piyunganonline.org
Sumber : Netralitasdotcom Sigit Wibowo (sigitwibowo@netralitas.com)
piyunganonline.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar