Rabu, 08 Desember 2010

Wawancara dengan Tuhan




Aku bermimpi melakukan wawancara dengan Tuhan.

“Masuklah,” kata Tuhan. “Jadi, Anda ingin melakukan wawancara dengan saya?”

“Jika Anda punya waktu,” jawabku.

Tuhan tersenyum dan berkata, “Waktu saya adalah kekal. Ini cukup untuk melakukan apapun. Pertanyaan apa yang ada di pikiran Anda yang ingin ditanyakan pada saya?”

Aku bertanya, “Hal apa yang paling mengejutkan Anda yang Anda temukan pada manusia?”
Tuhan berpikir sebentar dan kemudian menjawab, “Mereka bosan menjadi anak-anak dan buru-buru ingin bertumbuh dewasa, dan kemudian ingin kembali menjadi anak-anak.

Bahwa mereka mengorbankan kesehatan mereka demi menghasilkan uang dan kemudian menggunakan uang itu untuk memulihkan kesehatan mereka kembali.

Mereka begitu cemas tentang masa depan, tapi mereka lupa untuk hidup di saat ini, akhirnya mereka tidak hidup di masa kini maupun di masa depan.

Mereka hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah mati, dan akhirnya mereka mati seperti mereka tidak pernah hidup.”

Tuhan menaruh tangan saya di atas tangannya dan kami terdiam sebentar. Kemudian aku bertanya,

“Sebagai orangtua, pelajaran hidup seperti apa yang Anda ingin agar anak-anak Anda pelajari?”
Tuhan menjawabnya sambil tersenyum, “Belajar bahwa mereka tidak bisa membuat orang lain mencintai mereka. Yang mereka bisa lakukan hanyalah membiarkan diri mereka dicintai.

Untuk belajar bahwa tidak baik membandingkan diri mereka dengan orang lain. Setiap orang akan di hakimi atas tindakannya masing-masing, bukan berdasarkan perbandingan antara satu sama lin.

Belajar bahwa orang kaya bukanlah mereka yang memiliki banyak hal, namun mereka yang memiliki kebutuhan paling sedikit.

Mereka juga harus belajar hanya membutuhkan beberapa detik untuk melukai orang yang kita cintai, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkan mereka.

Belajar untuk memaafkan dengan menerapkan pengampunan. Belajar bahwa ada orang yang sangat mencintai dirinya, namun orang itu tidak tahu bagaimana caranya untuk mengungkapkan atau menunjukkan perasaannya itu.

Belajar bahwa uang bisa membeli segalanya kecuali kebahagiaan.
Belajar bahwa dua orang dapat melihat satu hal yang sama namun memiliki dua pendapat yang jauh berbeda.

Belajar bahwa teman sejati adalah seseorang yang tahu segala sesuatu tentang hidupnya… namun tetap mengasihinya.”

Saya duduk disana sambil menikmati kunjungan saya di rumah Tuhan itu.

Lalu saya mengakhirnya dengan berterima kasih atas waktu-Nya dan atas semua yang telah Ia lakukan untuk saya dan keluarga saya.

Dia menjawab, “Tentu. Kapan saja, 24 jam saya ada disini. Yang Anda harus lakukan hanyalah bertanya pada saya dan saya akan menjawabnya.”