Prestasi Anggota DPR Nol
Prof. Sofjan: Prestasi Anggota DPR Nol
Eddi Santosa - detikNews
Den Haag -
Apa prestasi DPR yang bisa dibanggakan? Nol. Prestasinya
hanya merekayasa anggaran untuk kepentingan diri sendiri. Hal itu
disampaikan Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA kepada detikcom di Den Haag,
Sabtu (11/2/2012), menyikapi perkembangan mutakhir tentang perilaku
elite politik di tanah air. Menurut Sofjan, konstitusi setiap
negara demokratis selalu mencantumkan lembaga parlemen sebagai
perwakilan dan penyambung lidah rakyat dalam mengemban tugas legislasi,
anggaran dan pengawasan dalam berbangsa dan bernegara.
"Namun
sayangnya, di Indonesia tugas mulia itu semua telah diperkosa oleh para
anggota DPR baik secara individu maupun kelembagaan. Terlalu banyak
anggota DPR terlibat berbagai kasus kriminal, mulai dari pembohongan
politik sampai penyalahgunaan jabatan," ujar Sofjan.
Lanjut Sofjan, tiada berita di media setiap hari tanpa kebobrokan perilaku gerombolan DPR.
"Mereka saling membela, membentuk berbagai macam badan kelengkapan,
sehingga seorang anggota gerombolan di DPR bisa duduk dan menerima
berlapis-lapis honor seperti honor di komisi, sidang, BK, banggar dll,
yang sangat tidak sesuai dengan fungsi konstitusi DPR," kecam Sofjan.
Akal-akalan gerombolan DPR ini, imbuh Sofjan, tidak bisa diartikan kecuali korupsi kolektif di lembaga DPR.
"Bukankah gaji mereka itu untuk biaya hidupnya sebagai gerombolan di
DPR sudah lebih dari cukup? Tapi mengapa harus diberi puluhan macam
tunjangan dan honor yang tidak terdapat di parlemen dunia kecuali di DPR
RI?," gugatnya.
Sofjan mencontohkan dana Rp 800 miliar untuk
pembangunan gedung baru DPR, yang batal akibat perlawanan rakyat,
ternyata sebanyak Rp250 miliar terindikasi dikorupsi oleh DPR atas nama
biaya anggaran tambahan DPR, seperti biaya penyerapan aspirasi.
"Itu istilah halus korupsi buat setiap anggota DPR ke daerahnya, tapi
bentuk paling kasar penyalahgunaan uang negara," tandas Sofjan.
Sepak terjang bermotif uang menurut Sofjan tidak berhenti sampai di
situ. Masih ada modus renovasi ruang rapat banggar Rp 20 miliar, rumah
dinas, villa mewah, uang laptop, minta gratis ongkos tol, uang kunjungan
bohong ke daerah 7 kali per tahun, studi banding bodong keluar negeri,
minta perlakuan VIP di setiap bandara, dll.
"Segala permainan
dan fasilitas supermewah itu harus distop segera, sebab sangat membebani
APBN dimana APBN tersebut sebagian besar dari pajak dan utang yang
hampir mencapai Rp 2000 triliun! Kalau perlububarkan saja DPR. Cukup
lembaga DPD sebagai wakil rakyat dari setiap daerah," demikian Sofjan.
(es/es)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar