Senin, 25 Juli 2016

Dipaksa Masuk Islam supaya Naik Kelas, Zulfa akhirnya tinggal Kelas

Seorang anak sekolah SMK Negeri 7 Semarang bernama Zulfa Nur Rahman diminta membuat surat pernyataan yang isinya kalau ingin naik kelas maka ia harus mau berpindah ke agama Islam. Ia adalah seorang anak pengikut penghayat kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki KTP (-) dan ayahnya bernama Taswidi.

“Pada hal rapotnya saja belum dikasihkan tapi yang bersangkutan diminta membuat surat pernyataan untuk masuk Islam kalau mau naik kelas,” kata Margono yang juga merupakan pengikut penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME yang ber-KTP (-) di Semarang kepada netralitas.com, Minggu (24/7). Zulfa saat ini duduk di kelas XI SMK  Negeri 7 Semarang.
Ada tiga opsi yang diberikan kepada Zulfa :
1. Naik kelas tapi harus pindah sekolahan.
2. Masih boleh sekolah di SMK Negeri 7 Semarang dengan syarat mengikuti dan masuk agama Islam, Ia akan disyahadatkan dan disaksikan oleh orang banyak.
3. Naik kelas tetapi masuk Islam dan mengikuti pelajaran baik teori dan praktiknya.

Margono menyatakan pihak orang tua akan menggugat kebijakan sekolah yang diskriminatif ini tetapi kesulitan mencari pengacara yang mau berpihak pada pengikut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. “Beragama dan berkepercayaan adalah hak asasi manusia setiap WNI. Negara ini berdasarkan Pancasila dan bukan negara hanya untuk agama tertentu,” kata Margono.

Mendapat tindakan pemaksaan yang sangat diskriminatif tersebut Siswa Kelas XI SMK Negeri 7 Semarang, Zulfa Nur Rahman akhirnya tak naik kelas. Ia tidak naik kelas karena menolak masuk agama Islam sehingga sekolah enggan memberikan nilai atas pelajaran agama. Ia lebih memilih tinggal kelas dari pada harus masuk islam.

“Kepala Sekolah dan seluruh guru SMK Negeri 7 Semarang memutuskan anak tersebut tidak naik kelas.

Zulfa Nur Rahman menolak masuk Islam sehingga nilai agamanya kosong,” kata pengikut penghayat kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa di Semarang, Margono kepada netralitas.com, Selasa (26/7). Anak tersebut setelah berdiskusi dengan orang tuanya memilih lebih baik tidak naik kelas dibandingkan harus masuk agama Islam sesuai yang dikehendaki sekolah. “Saya bangga dengan anak ini karena memiliki karakter dan teguh terhadap prinsip karena agama atau kepercayaan itu adalah masalah paling hakiki,” ujar Margono.
Ia menyebutkan selain pelajaran agama, Zulfa Nur Rahman memiliki nilai akademiknya termasuk baik. Ia hanya memperoleh satu nilai C sedangkan nilai-nilai pelajaran lainnya mayoritas B dan beberapa pelajaran mendapatkan nilainya A. Sekolah mau memberikan nilai agama dengan syarat ia masuk Islam dan disyahadatkan dengan cara disaksikan oleh orang banyak.

Tindakan seperti ini sungguh sangat tidak bisa diterima oleh nalar. Apakah ini menjadi program dinegara ini? Kenapa harus islam? 
Perbuatan seperti ini harus segera ditindak oleh negara dan hukum, Negara harus hadir membela Zulfa yang mengalami perbuatan Diskriminatif yang bernuansa SARA.

Sumber : Netralitasdotcom Sigit Wibowo (sigitwibowo@netralitas.com)
piyunganonline.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar